Senin, 17 Februari 2014

Do’a yang terhalang karena memakan makanan yang haram



Terkadang atau bahkan sering kita berdo’a tetapi kok do’a kita tidak diijabah oleh Allah swt. Jika ini terjadi pada diri kita, hendaklah kita introspeksi diri apakah cara berdo’a kita sudah benar, ibadahnya sudah tekun atau apakah gerangangan aktifitas yang kita lakukan yang bertentangan dengan jalan Allah swt.
Didalam salah satu riwayat Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa ada seorang musafir yang berdo'a tetapi tidak diijabah oleh Allah swt, padahal do’a seorang musyafir itu adalah salah satu do’a yang makbul. Rasulullah saw menyatakan bahwa do’anya tidak makbul karena musyafir itu telah memakan makanan yang haram, minuman yang haram, dan pakaiannyapun dari hasil yang haram pula, sehingga do’anya tidak dikabulkan oleh Allah swt. Jadi jelaslah bahwa makanan, minuman yang haram karena zatnya atau karena cara mendapatkannya akan menghambat do’a kita untuk dikabulkan oleh Allah swt. Ini dikarenakan oleh Allah swt itu Maha Suci dan tentunya Dia menyukai hal-hal yang bersih juga atau menerima harta yang suci dari hambanya.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah”. (QS. 2:172). Di ayat lain juga Allah swt menyatakan “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. 23:51).
Sahabat…. oleh sebab itu marilah kita berhati-hati dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram dan mencari rezki dengan cara yang tidak terpuji atau bukan dijalan Allah yang tentunya akan menjadi darah dan daging didalam tubuh kita yang akan menghalangi makbulnya do’a kita dan konon hal ini juga membuat kita berat untuk beribadah dan mengingat Allah swt (dzikir). Dan bukan hanya itu saja, janganlah kita memakan hak orang lain bahkan hak anak yatim dan fakir miskin yang telah diberikan Allah swt melalui kita. Keluarkanlah hak-hak mereka itu melalui zakat, infaq dan sadaqoh dan Insya Allah diri kita akan bersih dari barang-barang yang haram dan hal ini akan membuat kita gampang dan gemar beribadah dan sudah barang tentu Allah swt akan menyukainya dan Insya Allah do'a-do'a kita pun akan diijabah olehNya.Amin

Kamis, 02 Januari 2014

Siapakah aku



Siapakah orang yang paling sibuk?
orang yang suka menyepelekan waktu sholatnya,seolah-olah ia harus mengurus kerajaan
sebesar kerajaan Nabi Sulaiman a.s

Siapakah orang yang rugi?
orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadah
dan amal-amal kebaikan.

Siapakah orang yang manis senyumannya?
orang yang ditimpa musibah lalu dia berkata “Inna lillahi wainna illaihi rajiuun.”
Lalu sambil berkata,”Ya Rabb, Aku ridha dengan ketentuanMu ini”, sambil mengukir
senyuman.

Siapakah orang yang kaya?
orang yang bersyukur dengan apa yang dimiliki dan banyak tabungan sedekahnya.

Siapakah orang yang miskin?
orang yang tidak puas dengan nikmat yang ada dan selalu menumpuk-numpuk hartanya.

Siapakah orang yang paling cantik?
orang yang mempunyai akhlak yang baik.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan diperluaskan sejauh
mata memandang.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikan lalu kuburnya menghimpitnya.

Siapakah orang berakal?
orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di
dunia untuk menghindari siksa neraka.

Siapakah anda?
Anda sendiri yang bisa menjawab termasuk ’siapa’ yang mana…

khlaskan Niatmu Hanya Untuk Allah



Pada dasarnya tujuan hidup manusia didunia ini ada dua perkara yaitu, ingin selamat dan bahagia dunia-akhirat .
Tujuan yang hendak ditempuh manusia diatas itu sangat berat dan sangat sulit, maka jika manusia salah cara menempuhnya kedua-duanya akan lepas daripadanya, sehingga menjadi manusia yang sengsara di dunia dan di akhirat.
Menjadi manusia selamat di dunia itu sangat sukar dan sulit sebab di dunia itu banyak sekali bahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia itu sendiri.
Tetapi bahaya dan penyakit yang mengancam manusia itu dapat dihindari oleh manusia yang mengerti, yaitu mengerti bagaimana cara menghindarinya.
Perlu kita ketahui bahwa penyakit yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia adalah penyakit hati. Penyakit yang selalu membawa manusia pada perasaan gelisah memikirkan dunia. Sehingga manusia sering lupa diri dan terbawa ke tindakan–tindakan jahat demi untuk sekedar mencapai kesenangan duniawi semata.
Banyak diantara kita, yang masih suka berjudi, mencuri atau korupsi untuk mendapatkan harta yang banyak, atau mereka menjadi bakhil karena takut harta bendanya berkurang. Dan lebih-lebih mereka ada juga yang lupa dengan amanat yang diembannya, hanya karena tergiur oleh gelimang tahta, harta dan wanita. dan masih banyak lagi tindakan-tindakan batil lainnya. Perbuatan-perbuatan itu merupakan tindakan yang salah jalan, yang hanya membawa kita celaka didunia dan di akhirat.
Maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah, kita wajib bersyukur kepada Allah Ta’ala. Kita menjadi beriman dan tidak kufur kepada-Nya.  Nikmat iman inilah nikmat yang paling besar yang harus disyukuri. Dan suatu kewajiban bagi kita sekalian untuk mempertahankan hal ini agar lekat didalam jiwa kita.
Kemudian, tawakal kepada Allah Ta’ala merupakan kunci kesuksesan bagi kita. Dimana kita harus mengawalinya dengan kesabaran dalam mempertahankannya dengan perjuangan yang gigih. Dengan demikian, tidaklah mustahil kita akan menjadi manusia yang mencapai keinginan atau cita-cita yakni, berbahagia di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya coba kita menengok sejenak apa yang telah terjadi pada saudar-saudara kita di negeri tercinta kita ini.  Banyak diantara mereka yang terpolusi oleh penyakit hati, Apalagi dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dengan masalah yang bertentangan dengan keyakinan kita. Guna menangkis semua godaan itu dibutuhkan iman yang kokoh, yang Insya’ Allah kelak bisa menjadikan kita  seorang mukmin yang sejati.
Didalam Alqur’an, bukankah kita telah diperingatkan Allah dalam menghadapi ujian  : “ Dan Allah berbuat demikian , untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu ”. (Q.S. 3 : 154)
Oleh karena itu, segala yang menjadi pengalaman hidup kita selayaknya kita sikapi sebagai ujian dari Allah, sekaligus nanti yang bisa membersihkan hati kita dengan cara berupaya untuk lulus dari liku-liku diperjalanan hidup kita.
Berikut ini sebuah anekdot tentang rayuan syaitan yang dapat menaklukan 4 Kyai. Semoga kisah ini dapat memberikan manfaat dan pelajaran bagi kita. Dan selanjutnya bisa kita jadikan bahan renungan.
Konon, ada kyai alim yang akan menebang pohon , karena setelah diselidiki, pohon yang sangat lebat itu dijadikan sesembahan oleh masyarakat sekitar.
Syaitan menghampiri. “ Untuk apa kamu menebang pohon, nanti kamu bisa dituduh mengganggu stabilitas nasional. Bisa-bisa kamu dicap kyai yang menyulut terjadinya kerusuhan demi kerusuhan. Bagaimana kalau kuberi uang 10 juta untuk dirimu, anak dan istrimu? Pondok pesantrenmu kubantu dan masjidmu akan kubangun lebih megah lagi.” “Okey, setuju, “ ujar kyai pertama.
Kyai kedua datang untuk menebang pohon tadi. Syaitan merayu dengan rayuan manis,” Jangan tebang nanti kuberi engkau pangkat dan jabatan. Bahkan kamu akan kuberi fasilitas kursi D 5, yaitu : Datang, duduk, dengar, diam dan duwit.” “Kalau begitu ayo…, “ kata kyai kedua.
Kyai ketiga disogok dengan wanita nan cantik jelita dan takluk juga.
Kini tinggal kyai keempat. Ketika akan menebang pohon, syaitan berusaha menghalaginya, si kyai tetap bersikukuh hingga terjadilah pertarungan antara keduanya, dan kemenangan berada dipihak sang kyai, hingga syaitan tersungkur dan berada dalam posisi terdesak sebelum akhirnya menyerah.
Namun rupanya tak ada kata menyerah bauat syetan, karena kalah dalam pertarungan ia pun mencoba cara lain, lalu si syetan berjanji akan menyelipkan uang dibawah sajadahnya, seraya berujar, “ Selama 1 bulan kedepan, jangan kamu tebang! Setelah itu, baru akan kuberi uang lagi.”“ Boleh,”jawab kyai keempat.
Setelah sampai 1 bulan, dilihat uang dibawah sajadahnya sudah habis,” Mana syaitan kok tak memberiku uang lagi? mana? Sungguh ingkar janji kau wahai syaitan. Kalau demikian caranya, akan kutebang pohon itu.
Dikisahkan, ketika pak kyai keempat akan menebang pohon yang dikeramatkan dan disembah oleh orang banyak kedua kalinya, syaitan melawan dengan sekuat tenaga. Syaitan memegang dada kyai dan akan memukulnya. Syaitanpun memenngkan pertarungan.
Sekarang kamu akan kalah wahai pak kyai, aku akan menang. Sebab, dulu kamu ikhlas karena Allah semata. Tentu kamu akan dibantu oleh Allah dan kemenangan akan berpihak kepadamu. Tapi, kini aku akan menang dengan kemenangan yang gilang gemilang, karena kamu akan menumpas kebatilan semata-mata karena mengharap hadiah uang, “ kata syaitan bangga.

Rabu, 11 Desember 2013

Wajibnya Sholat Berjama’ah di Masjid



Shalat berjama’ah adalah termasuk dari sunnah Rasulullah dan para shahabatnya. Rasulullah dan para shahabatnya selalu melaksanakannya, tidak pernah meninggalkannya kecuali jika ada ‘udzur yang syar’i. Bahkan ketika Rasulullah sakit pun beliau tetap melaksanakan shalat berjama’ah di masjid dan ketika sakitnya semakin parah beliau memerintahkan Abu Bakr untuk mengimami para shahabatnya. Para shahabat pun bahkan ada yang dipapah oleh dua orang (karena sakit) untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.

Kalau kita membaca dan memperhatikan dengan sebaik-baiknya Al-Qur`an, As-Sunnah serta pendapat dan amalan salafush shalih maka kita akan mendapati bahwa dalil-dalil tersebut menjelaskan kepada kita akan wajibnya shalat berjama’ah di masjid. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:

1. Perintah Allah Ta’ala untuk Ruku’ bersama Orang-orang yang Ruku’

Dari dalil yang menunjukkan wajibnya shalat berjama’ah adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya): "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’." (Al-Baqarah:43).

Berkata Al-Imam Abu Bakr Al-Kasaniy Al-Hanafiy ketika menjelaskan wajibnya melaksanakan shalat berjama’ah: "Adapun (dalil) dari Al-Kitab adalah firman-Nya (yanga artinya): "Dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’." (Al-Baqarah:43), Allah Ta’ala memerintahkan ruku’ bersama-sama orang-orang yang ruku’, yang demikian itu dengan bergabung dalam ruku’ maka ini merupakan perintah menegakkan shalat berjama’ah. Muthlaqnya perintah menunjukkan wajibnya mengamalkannya." (Bada`i’ush-shana`i’ fi Tartibisy-Syara`i’ 1/155 dan Kitabush-Shalah hal.66).

2. Perintah Melaksanakan Shalat Berjama’ah dalam Keadaan Takut

Tidaklah perintah melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan biasa saja, bahkan Allah telah memerintahkannya hingga dalam keadaan takut. Allah berfirman (yang artinya):
"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata". (An-Nisa`:102).

Maka apabila Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan takut maka dalam keadaan aman adalah lebih ditekankan lagi (kewajibannya). Dalam masalah ini berkata Al-Imam Ibnul Mundzir: "Ketika Allah memerintahkan shalat berjama’ah dalam keadaan takut menunjukkan dalam keadaan aman lebih wajib lagi." (Al-Ausath fis Sunan Wal Ijma’ Wal Ikhtilaf 4/135; Ma’alimus Sunan karya Al-Khithabiy 1/160 dan Al-Mughniy 3/5).

3. Perintah Nabi untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah

Al-Imam Al-Bukhariy telah meriwayatkan dari Malik bin Al-Huwairits: Saya mendatangi Nabi dalam suatu rombongan dari kaumku, maka kami tinggal bersamanya selama 20 hari, dan Nabi adalah seorang yang penyayang dan lemah lembut terhadap shahabatnya, maka ketika beliau melihat kerinduan kami kepada keluarga kami, beliau bersabda (yanga artinya): "Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian adzan dan hendaklah orang yang paling tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan paling banyak hafalan Al-Qur`annya) di antara kalian mengimami kalian." (Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 628, 2/110 dan Muslim semakna dengannya no. 674, 1/465-466).

Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan mengimami shalat ketika masuknya waktu shalat yakni beliau memerintahkan pelaksanakannya secara berjama’ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan atas kewajibannya.

4. Larangan Keluar dari Masjid setelah Dikumandangkan Adzan

Sesungguhnya Rasulullah melarang keluar setelah dikumandangkannya adzan dari masjid sebelum melaksanakan shalat berjama’ah. Al-Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: "Rasulullah memerintahkan kami, apabila kalian di masjid lalu diseru shalat (dikumandangkan adzan-pent) maka janganlah keluar salah seorang di antara kalian sampai dia shalat (di masjid secara berjama’ah-pent) (Al-Fathur-Rabbani Li Tartib Musnad Al-Imam Ahmad no. 297, 3/43).

5. Tidak Ada Keringanan dari Nabi bagi Orang yang Meninggalkan Shalat Berjama’ah

Sesungguhnya Nabi yang mulia tidak memberikan keringanan kepada ‘Abdullah Ibnu Ummi Maktum untuk meninggalkan shalat berjama’ah dan melaksanakannya di rumah, padahal Ibnu Ummi Maktum mempunyai beberapa ‘udzur sebagai berikut:

a. keadaannya yang buta,
b. tidak adanya penuntun yang mengantarkannya ke masjid,
c. jauhnya rumahnya dari masjid,
d. adanya pohon kurma dan pohon-pohon lainnya yang menghalanginya antara rumahnya dan masjid,
e. adanya binatang buas yang banyak di Madinah dan
f. umurnya yang sudah tua serta tulang-tulangnya sudah rapuh.

Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak mempunyai seorang penuntun yang mengantarkanku ke masjid". Lalu ia meminta Rasulullah untuk memberi keringanan baginya untuk shalat di rumahnya maka Rasulullah memberikannya keringanan. Ketika Ibnu Ummi Maktum hendak kembali, Rasulullah memanggilnya lalu berkata: "Apakah Engkau mendengar panggilan (adzan) untuk shalat?" ia menjawab "benar", maka Rasulullah bersabda: "Penuhilah panggilan tersebut."

Dan juga banyak dalil-dalil lainnya yang menunjukkan akan wajibnya shalat berjama’ah di masjid bagi setiap muslim yang baligh, berakal dan tidak ada ‘udzur syar’i baginya.

Kaum Muslimah Lebih Utama Shalat di Rumahnya

Adapun bagi kaum muslimah maka yang lebih utama baginya adalah shalat di rumahnya daripada di masjid, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur`an: "Wa buyuutuhunna khairullahunna" (dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka) dan juga hadits-hadits yang sangat banyak yang menjelaskan keutamaan shalat di rumah bagi kaum muslimah. Tapi apabila kaum muslimah meminta idzin untuk shalat di masjid maka tidak boleh dilarang bahkan harus diidzinkan. Tetapi ketika dia keluar ke masjid harus memenuhi syarat-syaratnya yaitu menutupi aurotnya secara sempurna, tidak memakai wangi-wangian, tidak ditakutkan menimbulkan fitnah dan yang lainnya yang telah dijelaskan para ‘ulama.

Syaikhul Islam menjelaskan bahwa dalam keadaan tertentu shalatnya muslimah di masjid lebih utama dari pada di rumah ketika di masjid terdapat pelajaran (ta’lim) yang disampaikan oleh ahlus sunnah, tetapi jika di masjid tidak ada kajian ‘ilmu maka shalat di rumah lebih baik daripada di masjid.